Rabu, 29 Februari 2012

Konsep Taman Kota di CBD-Qingdao,China Timur


Qingdao CBD will become a garden city

Taman Kota sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat kota yang umumnya padat penduduk. Di Indonesia yang iklimnya panas, taman kota yang indah dan rindang dapat memberikan kesejukan bagi masyarakat yang lewat dengan kendaraan maupun yang berjalan jalan di taman tersebut. Bagaimana perbandingannya dengan negara lain ? mari kita lihat berikut ini di China. 

Central Square seluas 20 ribu m2 akan dibangun di Central Business District (CBD) inQingdao, sebuah kota pantai di Provinsi Shandong Cina Timur. Seperti pembangunan Central Square, perbaikan lingkungan CBD juga akan segera dimulai. Ada berbagai jenis tanaman yang akan diperkenalkan untuk dekorasi alun-alun. Konstruksi persegi dan melingkar akan menjadi landmark kota indah di Cina Timur, dimana taman kota disamping dinikmati pemandangannya juga dapat sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat lokal dan wisatawan asing.

Qingdao CBD will become a garden city

Qingdao CBD will become a garden city


Qingdao CBD will become a garden city
The Square Central terletak di persimpangan dari Dunhua Road dan Lianyungang Road, yang dua jalan terlihat seperti sebuah salib untuk membagi persegi menjadi empat kuadran melingkar. Setiap bagian seluas 5.000 meter persegi. Bentuknya akan sangat indah jika dilihat dari sebuah gedung tinggi. Taman ini memiliki air mancur cantik, taman bunga dan garis pohon.. Jalur pejalan kaki tersedia dengan nuansa pohon untuk orang berjalan sambil  menikmati pemandangan dan keindahan bunga-bunga musiman sangat eye-catching. 




Selasa, 28 Februari 2012

Konsep Perluasan Perpustakaan Nasional Austria di Wina


Ide ide kreatif selalu digali dari warga kota dalam bentuk ikut berpartisipasi memilih model bangunan yang disayembarakan sehingga masyarakat merasa sangat memiliki bangunan dan fasilitas tersebut (self belonging). Dengan adanya gambar gambar ini diharapkan arsitek, desainer kota,  Pemerintah Kota dan masyarakat di Indonesia diharapkan dapat terinspirasi untuk membuat karya karya yang spektakuler di era global saat kini.



Desainer  Prechteck membuat konsep perluasan Perpustakaan Nasional Austria yang terletak di Hofburg di Wina berisi sejumlah fasilitas budaya termasuk ruang pameran inti di bawah tanah seluas 1200 m2, aula, ruang kecil multifungsi 600 m2, studio kreatif, restoran, dan toko.


Desainnya merupakan perluasan dari  taman yang kemudian melengkung ke arah utara-barat akhirnya menurun / drop-off dengan twist yang telah melintasi lengkungan kembali ke permukaan tanah mencair dalam bentuk lanskap. Semua fasilitas disimpan dalam satu struktur mulus, diciptakan pada setiap titik ada pengalaman spasial yang berbeda terhadap Hofburg dan mengarahkan inisiatif pengunjung untuk foyer dan untuk berbagai program kegiatan. (Bahan dari evolo.us)
































Minggu, 26 Februari 2012

Grand Design Pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta



Percepatan  proses pengembangan Bandara Soekarno-Hatta mutlak untuk dilakukan. Hal itu mengingat jumlah pergerakan penumpang saat ini telah mencapai dua kali lipat dari kapasitas yang tersedia, yaitu 44,3 juta penumpang per tahun yang dilayani 14 maskapai pada jalulr penerbangan domestik dan 41 maskapai di rute internasional.



Sedangkan kapasitas terminal yang tersedia hanya untuk melayani 22 juta penumpang per tahun. Target dari revitalisasi ini adalah meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta agar dapat melayani hingga 62 juta penumpang per tahun pada 2014
GRAND DESIGN: Peta rencana pengembangan Bandara Soekarno-Hatta
Pada rapat koordinasi yang dihadiri seluruh pihak yang berkompeten mengenai percepatan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, ditetapkan ada lima agenda besar yang ditekankan  dalam merevitalisasi Bandara Soekarno-Hatta yaitu :
1. Meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat tanpa membangun landasan baru, namun dengan melakukan optimalisasi landasan pacu 1 dan 2 yang ada 
2. Pengembangan Terminal 3 dan revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2 untuk menambah kapasitas pergerakan penumpang
3. Pembangunan terminal kargo baru (Cargo Village)
4. Pengembangan fasilitas penunjang (aksesibilitas dan fasilitas lain)
5. Pembangunan integrated building(bangunan penghubung) antara T1 dan T2 yang  berkonsep ”one stop service”.

NEW CONCEPT:Integrasi Terminal 1 dan Terminal 2
Untuk mengoptimalisasi landasan pacu,  dilakukan dengan cara merekonfigurasi runway 1 dan 2  dengan menambah jumlah taxiway serta meningkatkan kapasitas area parkir pesawat (apron) saat inidari 125 pesawat menjadi 174 pesawat. ”Pergerakan pesawat di Soekarno-Hatta saat ini 52 pergerakan per jam. Dengan mengoptimalisasi runway yang ada, kapasitasnya bisa di tingkatkan menjadi 62 pergerakan per jam. Optimalisasi landasan pacu tersebut dilakukan agar target kapasitas 62 juta penumpang per tahun dapat tercapai pada 2014 tanpa membangun landasan pacu yang baru.

Alternatif lain, membangun landasan pacu ketiga berikut terminal keempat yang dialokasikan di sisi utara bandara memang menjadi solusi lain yang ditawarkan guna meningkatkan kapasitas Soekarno-Hatta. Karena dengan adanya runway ketiga, volume pergerakan pesawat bisa didongkrak hingga 234 pergerakan per jam. 

Akan tetapi, keputusan untuk membangun runway ketiga tersebut sangat bergantung pada proses pembebasan lahan. Dibutuhkan seluas 830 hektare lahan baru untuk membangun runway ketiga. Jika proses pembebasannya dapat diselesaikan pada 2013, runway baru bisa dibangun. Tetapi kalau 2013 belum beres, maka pilihannya adalah harus membangun bandara baru. Karena Soekarno-Hatta sudah tidak bisa lagi dikembangkan, sementara pertumbuhan penumpang akan terus meningkat.

Selain optimalisasi runway 1 dan 2, agenda selanjutnya adalah melakukan pengembangan Terminal 3 serta revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2. Terminal 3 yang saat ini berdaya tampung 4 juta pergerakan penumpang per tahun akan dikembangkan hingga 25 juta penumpang per tahun, dengan membangun terminal tambahan yang akan menjadi bagunan utama (main building) dan terminal Pier 2. Sementara untuk program revitalisasi Terminal 1 dan 2, akan dilakukan penambahan luas masing-masing bangunan ke arah depan, untuk kemudian diintegrasikan dengan sebuah bangunan baru yang berfungsi sebagai penghubung (integrated building). Terminal 1 yang saat ini melayani 9 juta penumpang per tahun akan direvitalisasi agar bisa melayani menjadi 18 juta penumpang per tahun. Sedangkan Terminal 2 akan dikembangkan dari 9 juta menjadi 19 juta.


KONSEP PENGEMBANGAN TERMINAL 3
Pengembangan Terminal 3 direncanakan akan selesai pada 2013, kemudian program revitalisasi T1 yang dimulai pertengahan 2013 dan selesai 2014 dan disusul revitalisasi Terminal 2 mulai pertengahan 2012-2013, pembangunan terminal kargo baru akan tender dan selesai 2013. Sementara jadwal pembangunan fasilitas penunjang akan dilakukan secara paralel sejak tahun  2011 hingga 2014. Sedangkan pembangunan gedung terminal terintegrasi (integrated building) antara Terminal 1 dan Terminal 2perencanaan dan pembangunan dimulai sejak tahun 2011 dan selesai pertengahan 2013.

Pengerjaan pengembangan Terminal 3 akan dijadwalkan lebih dulu, menyusul kemudian revitalisasi Terminal 1 dan 2. Hal ini agar operasional penerbangan yang ada sekarang tidak terganggu. Sebelum T1 dan T2 dikembangkan, seluruh kegiatan operasionalnya akan dialihkan ke T3.

Perkiraan awal kebutuhan anggaran untuk semua proyek terebut berkisar Rp11,75 triliun, di mana seluruh pendanaan  berasal dari kas Angkasa Pura II bekerja sama dengan investor, dan pinjaman perbankan nasional jika diperlukan. 

Modern Airport With Traditional Flavour

Grand design Bandara Internasional Soekarno Hatta merupakan konsep besar yang berfungsi sebagai pedoman (guidelines) di dalam pembuatan perancangan dan pengembangan yang mengacu kepada Rencana Induk Bandar Udara Soekarno Hatta. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Menteri Perhubungan No: KM 48 Tahun 2008. Grand Design dibuat dengan pendekatan komprehensif untuk memberikan solusi, terutama terhadap masalah-masalah pokok seperti: Kapasitas, Aksesibilitas, Konektivitas, Intermoda dan aspek lingkungan.

Grand Design juga menjadi solusi untuk mengantisipasi perkembangan bandar udara selama kurun 20 tahun ke depan. Di mana telah diproyeksikan bahwa pada tahun 2020 hingga 2030, lalu lintas penumpang dan pesawat di kawasan Asia Pasifik diprediksi akan mengalahkan kawasan Eropa dan Amerika dengan jumlah pergerakkan mencapai lebih 2,3 miliar penumpang per tahun. Sejalan dengan itu, akan terjadi pula transisi pola rute penerbangan dari jarak jauh (Long-Haul) menuju jarak menengah (Medium-Haul).

Mendasari bahwa traffic penumpang angkutan udara di kawasan ASEAN terus meningkat pada kurun 10 tahun ke depan—khususnya Indonesia yang merupakan pasar cukup besar bagi angkutan Udara Internasional (arrival, transit dan destination) di kawasan Asia Pasifik dengan prediksi pertumbuhan antara 4,1% - 5.7 % per tahun—maka diperlukan langkah-langkah strategis dengan membuat grand design sebagai pedoman pembangunan sarana dan prasarana bandar udara secara komprehensif. Hal tersebut mengingat total jumlah pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini telah mencapai angka 44,3 juta per tahun (2010). Sementara kapasitas seluruh terminal yang ada hanya untuk 22 juta penumpang per tahun. Grand Design Soekarno Hatta dengan mengoptimalisasikan dua landasan pacu dirancang mampu menampung hingga 62 juta penumpang per tahun (ultimate).

Dalam mengembangkan Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II tidak akan mengubah konsep awal yang mengedepankan  konsep arsitektur landscape airside dan landscape terminal. Yakni konsep bandara ramah lingkungan yang sarat dengan penghijauan dan kaya akan unsur-unsur etnik tradisional Indonesia. ”Citarasa tradisional Indonesia akan tetap kental terasa. Tetapi sistem dan konsep pelayanan  akan kita bubuhkan dengan sentuhan moderen, sesuai dengan tuntutan perkembangan sebagai bandara yang ’world class’,” Soekarno-Hatta ke depan diharapkan menjadi bandara berkarakteristik modern  yang sarat dengan sentuhan arsitektural tradisional Indonesia atau Modern Airport With Traditional Flavour”. Ide ini merupakan upaya luar biasa untuk tetap mempertahankan karakter monumental bagi arsitektur Indonesia/Nusantara.

Interchange Terminal
Bangunan Terminal 3 misalnya, akan dikembangkan dengan konfigurasi masa bangunan berbentuk U atau U-Shape yang dapat mengakomodasi seluruh kegiatan operasional penumpang. Di antaranya pelayanan penumpang, penanganan bagasi, pengunjung, perpindahan inter-moda, penumpang transit, penumpang transfer dan fasilitas komersial. Perpaduan dan harmonisasi berbagai kebutuhan operasional penumpang dengan fungsi dan kegiatannya tersebut akan terintegrasi di dalam bangunan untuk pelayanan publik.Salah satunya central check-in yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan pelayanan penumpang dalam memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, ketepatan waktu serta melayani penumpang yang tersebar dalam kapasitas besar secara simultan.

Terkait kondisi iklim di Indonesia, sebagian atap bangunan Terminal 3 akan mengadopsi bangunan monumental arsitektur di Indonesia yang bercirikan masa bangunan arsitektur tropis. Atap berarsitektur tropis ini akan menjadi solusi bagi kondisi dan karakteristik cuaca di Indonesia seperti hujan dan radiasi matahari yang intensitasnya tinggi. Keputusan tersebut juga merupakan hasil analisis untuk menghindari salah pengertian dalam menetapkan ciri arsitektur tradisional yang beragam di seluruh wilayah Indonesia/Nusantara.

Integrated Building

INTEGRATED BUILDING T1-T2

Integrated Building atau bangunan penghubung yang akan dibangun di antara Terminal 1 dan Terminal 2 adalah bangunan baru yang mengusung sistem pelayanan one stop service”. Konsep bangunan ini berbentuk circular (melingkar) dengan green wall di antara jalan akses yang memisahkan T1 dan T2. Selain itu dilengkapi pula lapisan kaca pada facade bangunan yang menyatu secara massa dengan bangunan eksisting T1 dan T2. Beragan fasilitas yang akan dihadirkan akan membuat bangunan ini sekadar sebagai bangunan penghubung antar-terminal, tetapi akan memberikan nilai lebih bagi Bandara Soekarno-Hatta yang diorientasikan menjadi kawasan ”Aerotropolis. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain area parkir bertingkat, ruang konvensi (convensional hall), pusat belanja, sarana rekreasi, fasilitas hotel, perkantoran penunjang operasional bandara.

Bangunan yang sangat mengusung konsep ramah lingkungan ini juga sedianya akan difungsikan pula sebagai interchange intermoda atau terminal intermoda dari sejumlah moda angkutan massal. Antara lain kereta api bandara, bus, serta people mover system atau kendaraan berbasis rel tanpa awak yang akan menjadi moda penghubung antara T1, T2 dan T3.


Pada awalnya arsitektural bandara internasional Soekarno-Hatta memperkenalkan konsep landscape airside dan landscape dari bangunan terminal T1 dan T2. Konfigurasi half circular dengan konsep fingers piers yang mulai operasional untuk T1 sejak 1985 dan T2 sejak 1992 merupakan hasil adaptasi dari arsitektur tradisional pada iklim tropis. Kemudian diintegrasikan dengan bentuk penyelesaian arsitektur/desain bandara modern atau masa kini. Dari segi arsitektur, pengembangan yang akan dilakukan sekarang masih sesuai dengan  konsep awal yaitu : Tetap ramah lingkungan dan mengusung nilai-nilai budaya nasional Indonesia. Demikian yang diberitakan dari rodakemudi.com

Sekilas Angkasa Pura II

Pengembangan komersial sisi timur (gerbang masuk utama)
PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. Pada awal didirikan, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini Bandara Internasional Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Pada 19 Mei 1986, namanya berubah menjadi Perum Angkasa Pura II, dan pada 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.

Saat ini PT Angkasa Pura II mengelola dua belas (12) bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang) , serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta.

Jumat, 24 Februari 2012

Konsep Movieland-Indonesia : Pusat Industri Film & TV




Proyek ini adalah visi dari Jababeka untuk masa depan industri pertelevisian, radio dan film di Indonesia. Posisinya yang strategis di pusat kota Jababeka memudahkan untuk menggunakan berbagai infrastruktur dan failitas yang ada khususnya untuk
keperluan shooting dan pembuatan film.

dengan biaya proyek sebesar 3,6 Triliun, Proyek istimewa ini akan merangkum fasilitas-fasilitas yang mendukung berlangsungnya kegiatan produksi, pasca produksi dan apreasiasi film dan televisi seperti studio dengan ukuran yang bervariasi sebagai tempat syuting, TV Station, President Film Academy, museum dan laboratorium film, pusat kebudayaan, gedung serba guna (convention hall). Yang paling utama, terdapat lokasi syuting dengan sejumlah replika yang sangat dibutuhkan kalangan perfilman dan pertelevisian. Akan disediakan mobil-mobil kuno, jalan-jalan legendaris di dalam dan luar negeri, dan rumah-rumah yang dibangun seperti tahun 50-an, atau bahkan hutan buatan.



Karena dirancang sebagai kawasan industri (industrial estate), Jababeka juga bakal melengkapinya dengan membangun perumahan dan fasilitas menginap guna mengakomodasi kebutuhan para penggiat perfilman dan televisi akan tempat tinggal. Fasilitas tempat tinggal tersebut berupa 29 unit town houses, 64 unit landed houses, apartemen dan pusat hiburan yang beroperasi 24 jam serta hotel bintang lima. 










  • Stasiun TV dan fasilitas studio dari berbagai ukuran, cocok untuk pembuatan iklan TV, film dan program siaran langsung.
  • Ruang kerja yang fleksibel untuk mengakomodasi kedua pra-produksi dan tugas-tugas pasca produksi di semua tingkat industri, dari start up perusahaan untuk studio didirikan.
  • Unik dirancang pusat kebudayaan yang akan menjadi salah satu tengara fasilitas industri kreatif di Indonesia.
  • Dalam kerjasama dengan Presiden Universitas, Film Academy Presiden akan melatih generasi berikutnya dari siaran TV Indonesia dan profesional film.
  • Berbagai macam akomodasi untuk mengurus kebutuhan semua orang dari kru film ke produsen tingkat tinggi dan bakat.
  • Kafe berkelas dan nyaman dan ruang hiburan yang buka 24 jam sesuai dengan gaya kerja yang berbeda dan gaya hidup orang di industri kreatif.
  • Lengkapi fasilitas komersial untuk memastikan bahwa baik penduduk dan para tamu akan dapat menemukan kebutuhan dan keinginan mereka dalam wilayah tersebut.
  • Residences, mulai dari blok apartemen bertingkat tinggi untuk gaya rumah vila mendarat yang menawarkan glamour, kenyamanan, keamanan dan keterjangkauan.
  • Terintegrasi koneksi internet dengan konektivitas kecepatan tinggi di seluruh daerah.
  • Residences, mulai dari blok apartemen bertingkat tinggi untuk gaya rumah vila 
         di darat yang menawarkan glamour, kenyamanan, keamanan dan keterjangkauan.
  • Terintegrasi koneksi internet dengan konektivitas kecepatan tinggi di seluruh daerah.

    Pelaksana : PT. Jababeka Tbk. Luas Area: 36 hektar  lokasi: Cikarang ~ Bekasi Tinggi Bangunan (meter): -  Tinggi Bangunan (lantai): -  Mulai Konstruksi : Maret 2008 Penyelesaian dijadwalkan: Maret 2011  Biaya proyek: 3,6 Triliun 
    Sumber: indomovieland

Kamis, 23 Februari 2012

Konsep Water Front City Palangkaraya

Pulau Kalimantan sebagian besar merupakan dataran karena tidak ada gunung berapi.Transportasi utama yang banyak digunakan penduduk sejak dulu melalui sungai dengan dermaga yang banyak dibuat dari kayu Ulin/kayu besi yang saat ini mulai langka dan mahal.Bangunan baru saat kini mulai banyak dari beton bertulang seperti dalam konsep pembangunan WaterFront City. 
   
Kota Palangkaraya merupakan ibukota provinsi Kalimantan Tengah. Dari http://studiodesainarsitektur.blogspot.com/ kami peroleh berita bahwasanya
 konsep desain ini telah memenangkan sayembara
"Palangkaraya RiverFront City". Berikut ini konsep desainnya.




Di tepi  sungai Kahayan nampak tugu 0 Soekarno.Pengmbangan kota memanfaatkan jalur sungai yang saat ini cukup ramai dipadukan dengan jalan darat. Dengan demikian ada 2 orientasi kegiatan yaitu di jalan raya dan di sungai .
























Rabu, 22 Februari 2012

Coober Pedy, Kota Yang Ada Di Bawah Gurun Australia















Coober Pedy merupakan sebuah kota yang terletak di bagian utara Australia Selatan dan dikenal sebagai ibukota opal dunia, karena hampir 95 persen dari pasokan opal dunia berasal dari tambang setempat. Ini kota kecil dengan penduduk sekitar 3000 memiliki cara hidup yang unik - hampir setengah dari mereka hidup di bawah tanah.

Kembali pada tahun 1916 ketika orang-orang pindah ke Coober Pedy untuk tambang opal, suhu musim panas yang keras mengusir mereka ke dalam gua-gua yang digali ke lereng bukit. Ketika suhu di luar mengamuk lebih dari 40 derajat Celcius, suhu di bawah tanah tetap nyaman dan hampir terus-menerus sepanjang tahun. Bahkan saat ini, orang kota lebih memilih untuk membangun rumah mereka di gua-gua bawah tanah. Bahkan, banyak dari rumah yang ditinggali sekarang adalah sisa dari jalur tambang opal.










Membangun rumah baru di Coober Pedy jauh lebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan metode pembangunan konvensional. Rumah modern bukan dalam gua seperti yang orang-orang bayangkan namun digali ke sisi bukit. Pintu masuk biasanya di tepi jalan, dan kamar digali jauh kesamping arah bukit.
Ada lapangan golf lokal - kebanyakan bermain di malam hari dengan lampu menyala, untuk menghindari suhu siang hari. Ini benar-benar bebas dari rumput dan pegolf mengambil sepotong kecil "rumput" di gunakan untuk teeing off. Kurangnya rumput tidak mematahkan semangat mereka untuk memasang tanda ini di lapangan golf.